20081217

Renungan Natal


Seorang bapak setengah baya bekerja pada sebuah perusahaan kereta api, dan tugas bapak ini mudah saja. Beliau hanya bertugas menariksebuah tuas yang mengerakkan roda roda raksasa yang saling berhubungan untuk mengangkat jembatan yang merintangi jalan kereta api, sehingga kereta api tersebut dapat lewat dengan selamat. (artinya: jika jembatan tersebut tidak diangkat, maka kereta api itu akan mengalami kecelakaan yang sangat hebat). 
Bapak ini mempunyai seorang anak satu satunya yang sangat dikasihi dengan segenap jiwanya. Pada suatu hari, anak bapak ini mengunjungi bapaknya dan bapaknya membiarkan anaknya itu melihat lihat tempat kerjanya. Sewaktu anak ini menghampiri roda roda raksasa tersebut, tiba tiba sang anak terpeleset dan jatuh diantara roda roda raksasa tersebut, malang baginya, kaki anak kecil tersebut terjepit dengan eratnya diantara gerigi roda roda raksasa tersebut. Demi melihat kaki anaknya terjepit diantara roda roda raksasa tersebut, sang bapak dengan serta merta berusaha menolong melepaskan kaki anak tersayangnya itu dari jepitan gerigi roda2 tersebut namun setelah berusaha sekian lama, sang bapak ini masih belum bisa melepaskan kaki anaknya tersebut hingga sang anak mulai menangis karena ketakutan. Tiba tiba dari kejauhan terdengarlah secara samar samar suara peluit kereta api memberi tanda agar jembatan itu harus segera diangkat. Hati bapak ini menjadi sangat sedih dan ketakutan, namun dalam kecemasannya itu dia masih tetap berusaha melepaskan kaki anaknya, tapi tetap tidak ada hasilnya. Tidak lama kemudian suara peluit kereta api tersebut terdengar lagi semakin jelas dan semakin dekat. Hati bapak ini seketika menjadi hancur. Dia mulai menangis dengan sedihnya. Didalam hati bapak ini muncul suatu keraguan; haruskah dia mengorbankan anak satu satunya demi menyelamatkan kereta api itu - yang penumpangnya tak ada satupun yang dia kenal? Namun jika dia memilih untuk menyelamatkan anaknya, maka berapa jiwa yang akan melayang dengan sia sia hanya gara gara satu orang saja....???? Pada saat hati Bapak itu tidak menentu, secara perlahan lahan dan dengan tangan gemetar dia mencium kening anaknya dengan penuh kasih sayang dan dengan hati yang sangat hancur, lalu bapak ini mulai berdiri dan menuju ke tuas pengangkat jembatan tersebut. Dengan air matanya yang membasahi sampai kebajunya, sang bapak ini melihat sekali lagi pada anak satu satunya itu, lantas ia menarik tuas gerbang kereta itu dan seketika itu ia jatuh lemas dan menangis sejadi-jadinya tanpa berani melihat proses kematian anaknya yang sangat tragis dan tidak pernah dibayangkan olehnya demi menyelamatkan orang orang yang ada didalam kereta api itu yang sama sekali tidak mengetahui, bahwa saat itu juga mereka telah bebas dari kematian yang kekal. 
**merry christmas**


2 komentar:

Anonim mengatakan...

pertamax mas kipli salam kenal he he he

sesy on 22 Desember 2008 pukul 12.18 mengatakan...

sedih pli baca ceritany, jd berasa paskah.

 

Bontot@Repot Design Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template